Jumat, 29 November 2013

FILSAFAT DAN PENDIDIKAN KRISTEN



Nama               : Marlince Blegur
Semester          : VII (Tujuh)
Mata Kuliah    : Filsafat Pendidikan
Judul Buku      : Filsafat Pendidikan Dan Pendidikan Kristen
Pengarang       : Junihot Simanjuntak
Dosen              : Drs. Abson Kawangung, M.Th
I.     GARIS BESAR BUKU
BAB 1
SEJARAH FILSAFAT DAN HUBUNGANNYA DENGAN
FILSAFAT KRISTEN

Kata filsafat menurut arti katanya berasal dari istilah Yunani philos dan shopia, yang berarti “cinta hikmat” atau cinta akan pengetahuan atau cinta kebijaksanaan. Filsafat digolongkan tiga kategori dalam perkembangannya yaitu filsafat India, China, dan Barat. Secara garis besar, perkembangan tiap-tiap golongan filsafat diuraikan sebagai berikut:
a.       Filsafat India
Filsafat India menyajikan cara berpikir India oleh filsuf dan sastrawan Rabindrth Tagore (1861-1941). Filsafat India dibagi dalam lima periode:
1.      Zaman Weda (2000-600 SM). Masa in adalah bentuknya literatur suci, rite kurban, spekulasi kurban, dan refleksi dalam Upanisad.
2.      Zaman Skeptisisme (200 SM-300 M). Masa ini muncul atau reaksi terhadap ritualisme dan spekulasi, buddhime dan jainisme, dan kontrareformasi dalam bentuk enam sekolah ortodoks “saddharsana”
3.      Zaman Puranis (300-1200 M). Masa ini muncul berdasarkan perkembangan karya-karya mitologis, terutama berhubungan dengan Siwa dan Wisnu.
4.      Zaman Muslim (1200-1757). Masa ini muncul atas prakasa pengarang sya’ir Kabir yang mencoba mengembangkan suatu agama universal, dan Guru Nanak (pendiri aliran Sikh) yang mencoba menyerasikan Islam dan Hinduisme.
5.      Zaman Modern (setelah 1757 M). Masa ini muncul atas pengaruh Inggris di India, yang memperlihatkan perkembangan kembali nilai-nilai klasik India bersama pembaruan sosial.
b.      Filsafat China
Stephen Tong mengungkapkan bahwa filsafat ini mengakui keberadaan manusia sebagai roh dan semangat segala sesuatu. Filsafat China dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1.      Zaman Klasik (600-200 SM). Zaman ini dikenal dengan zaman seratus sekolah. Sekolah-sekolah terpenting paling dikenal diantaranya:
-          Konfusianisme: Tao adalah “jalan manusia”.
-          Taoisme: “jalan alam-lah” yang merupakan Tao.
-          Yin-Yang: sekolah yang mementingkan keseimbangan “surga dan bumi”.
-          Moisme: yang terpenting adalah “cinta universal”, kemakmuran untuk semua orang, dan perjuangan bersama untuk memusnahkan kejahatan.
-          Ming Chia (sekolah dialektika): menyibukkan diri dengan analisis istilah dan perkataan-perkataan.
-          Fa Chia (Legalisme): sekolah hukum
2.      Zaman Neo-toisme dan Buddhisme (200 SM-1000 M). Masa ii muncul sebagai pembaruan terhadap konsep Tao bersamaan dengan lahirnya perkembangan Buddhisme:
3.      Zaman Neo-konfusianisme (1000 M-1900 M). Zaman ini menjadikan konfusianisme menjadi ajaran filsafat terpenting, yang mana ia mengesampingkan kepentingan dunia;
4.      Zaman Modern (setelah 1900 M). Masa ini memperlihatkan tiga tendensi: pertama, pengaruh filsafat Barat pada permulaan abad kedua puluh, yaitu pragmatisme Kedua, reaksi untuk kembali ke tradisi-tradisi pribumi. Ketiga, pengaruh pemikiran Marx Lenin, dan Mao Tse Tung sejak 1950.
c.       Filsafat Barat
Filsafat Barat dibedakan dalam empat periode besar, yaitu:
1.      Zaman Kuno (600 SM-400 M). Masa ini diwarnai oleh filsafat pro-sokoratis di Yunani, zaman keemasan Yunani yang diprakarsai Sokrates, Plato, Aristoteles, dana zaman Hellenisme
2.      Zaman Patriarkistik dan Skolastik (400-1500 M). Zaman ini diwarnai pemikiran para Bapak Gereja dan puncak tokoh dalam Patriarkistik Yunani antara lain: Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Greogorius dari Nazianze (330-390), Basilius (330-379), Greogorius dari Nizza (335-394), dan Dionysios Areopagita (kira-kira tahun 500).
3.      Zaman Modern (1500-1800). Zaman ini diwarnai oleh: zaman renainssans, zaman barok, zaman fajar budi, dan zaman romantik. Zaman renainssans adalah zaman kelahiran kembali pada filsafat Yunani dan Romawi Kuno yang dipelajari kaum humanis setelah berabad-abad dikubur oleh masyarakat abad pertengahan di bawah pimpinan gereja. Zaman barok menekankan kemungkinan-kemungkinan akal budi (ratio). Zaman fajar budi yang dalam bahasa Jerman Aufklarung, enlightenment dalam bahasa Inggris, dan illuminismo dalam bahasa Itali.
4.      Zaman Sekarang (setelah tahun 1800). Aliran-aliran paling berpengaruh:
a)      Postivisme yang mengatakan bahwa pikiran manusia mengalami tiga tahap: theologis, metafisis, dan posititif-ilmiah
b)      Marxisme yang dikembangkan dari Karl Marx. Ajaran ini direduksi pada keniscayaan ekonomi perkembangan masyarakat.
c)      Eksistensialisme dipersiapkan pada abad ke-19 yang diprakarsai S. Kierkegaard dkk. Dasar Eksistensialisme adalah kebebasan manusia, kebebasan membuat hidupnya bertanggungjawab untuk keputusan mengenai kehidupannya sendiri.
d)     Fenomenologi yang metodenya berasal dari E. Husserl mengatakan hukum-hukum logikalah yang memberi kapasitas, yang berlaku, tidak bersifat a posteori sebagai hasil pengalaman. Pemikirannya adalah bahwa manusia harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi (indera)
e)      Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan ide-ide tidak “benar”atau “salah”
f)       Neo-kantianisme dan neo-tomisme. Aliran ini adalah formulasi filsafat Kant dengan eksistensialisme dan ilmu pengetahuan modern.
g)      Berbagai filsafat aliran terkini seperti filsafat analistis (analisis bahasa dan konsep-konsep) dan filsafat strukturalisme (menyelidiki pola-pola dasar yang tetap dalam banyak bahasa, agama, sistem ekonomi dan politik, dan karya sastra).
Filsafat kristen dapat menjelaskan berbagai pandangan dimana pandangan non-kristiani tidak dapat memberikan sistem etika yang memadai terkait benar an salah. Pandangan kristiani mengenai kebenaran mempunyai sumber lebih unggul yaitu, Allah. Etika kristen memiliki satu manifestasi pribadi yang lebih unggul, Yesus Kristus (Yes 41:4;Yoh 1:1). Di lain pihak, filsafat kristen penting ada untuk menolong orang kristen dalam berapologetika, menjawab tantangan mendasar dalam pelayanan, cara mempertemukan dan menyinkronkan, mengharmoniskan iman dengan pengetahuan. Berapologetika berarti mengemukakan prespektif  dan memberikan jawaban jelas tentang berbagai isu yang muncul serta menantang, diterangi Roh Kudus dan firman Tuhan (Alkitab), karena argumentasi valid dan eksistensi Tuhan harus berhasil secara logika.
Orang kristen tahu bahwa Allah yang adalah sumber kebenaran, telah menyatakan kebenaran-Nya itu dalam dan melalui sabda dan pribadi. Karena itulah rumusan falsafah orang kristen merenungi berbagai segi kehidupan, tiad lepas dari kerangka pemikiran Alkitab. Seperti yang dikemukakan Theodore Platinga, bahwa sebagai orang kristen kita tidak saja dipanggil Allah untuk menjadi pendengar Firman tetapi juga pelakunya. Sebagai pelaku Firman, tentu kita membawa prinsip hidup Alkitab itu dalam arena pemikiran tentang filsafat hidup yang sedang kita gumuli. Karen itulah, filsafat kristiani dapat bebas berakar dari Alkitab.
BAB 2
PANDANGAN BERBAGAI ALIRAN FILSAFAT
MENGENAI PENDIDIKAN
Filsafat pendidikan merupakan terapan filsafat umum. Filsafat pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil filsafat yaitu, hasil pemikiran manusia tentang relitas pengetetahuan,dan nilai. Perspektif O’neil (dalm H.A.R. Tilaar, 2009) memandang titik tolak pedagogik dari tindakan pemanusiaan. Ada berbagai aliran dalam filsafat pendidikan yaitu:
1.      Filsafat Pendidikan Purbabakala (Yunani). Maksudnya pendidikan adalah persiapan untuk kewarganegaraan (kependudukan)
2.      Filsafat pendidikan humanisme. Berpendapat bahwa pendidikan harus  terdiri dari suatau susunana mata pelajaran yang terbatasi, tetapi yang harus dikuasai sebaik-baiknya.
3.      Filsafat pendidikan idealisme. Berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan adalah penyesuaian manusia terhadap Allah.
4.      Filsafat pendidikan realisme. Menekankan metode-metode audiovisual, pendidikan bersama prinsip-prinsip pendewasaan, pembagian tingkatan, serta disiplin anak-anak.
5.      Filsafat pendidikan naturalisme. Mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai pembawaan baik, tetapi pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh lingkungan.
6.      Filsafat pendidikan pragmatisme. Merupakan doktrin bahwa tes akhir dari sesuatu baik bergantung pada apakah sesuatu itu bekerja dan bermanfaat atau tidak.
7.      Filsafat pendidikan materialism. Berpandanagn bahwa hakekat realisme adalah materi, bukan rohani, spiritual atau supernatural.
8.      Filsafat pendidikan eksistensialisme. Menekankan pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tinakana kongkrit dari keberadaan manusia atas setia skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.
9.      Filsafat pendidikan progrevisme. Berpendapat bahwa aliran pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar pada masa mendatang
10.  Filsafat pendidikan esensilalisme. Berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak berbagai standar intelektual dan moral di anatara kaum muda.
11.  Filsafat pendidikan perenialisme. Berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta membahayakan, tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.
12.  Filsafat pendidikan rekonstruksionisme. Berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia.
13.  Filsafat pendidikan empirisme. Pendidikan sebagai faktor luar memegang peran sangat penting, sebab pendidik menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak, dan anak akan menerima pendidikan sebagai pengalaman.  
14.  Filsafat pendidikan nativisme. Berpendapat bahwa jika anak memiliki bakat jahatv dari lahir, ia akan menjadi jahat.
15.  Filsafat pendidikan konvergensi. Berpendapat bahwa anak lahir di dunia ini telah memiliki bakat baik dan buruk, sedangkan perkembangan anak selanjutnya akan dipengaruhi oleh lingkungan.
16.  Filsafat pendidikan konstruksionisme. Menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu indra penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman,dan perasa.


BAB 3
FILSAFAT DAN PENDIDIKAN KRISTEN
Filsafat mempunyai obyek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang terpenting. Filsafat pendidikan merupakan aplikasi dalam pendidikan. Ditinjau dari subtansi atau isinya ilmu pendidikan merupakan suatu sistem pengetahuan tentang endidikan yang diperoleh melalui riset dan disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan. Dalam arti sempit, pendidikan adalah pengaruh yang diupayakan dan direkayasa sekolah terhadap anak didik yang diserahkan kepadanya agar mereka mempunyai kemampuan sempurna dan kesadaran penuh terhadap berbagai hubungan dan tugas sosial mereka atau pendidikan memerhatikan keterbatasan dalam waktu, tempat, bentuk kegiatan dan tujuan dalam proses berlangsungnya pendidikan. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah yang lebih luas, dalam serta kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman dan fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dijangkau oleh sains pendidikan. Seorang guru, baik sebagai pribadi mapun pelaksanan pendidkan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru, perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubunag langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu dan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan perlu perlu dipahami. Dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi mempunayi tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunayi tujuan bersama. Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik atau guru. Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar mengajar (PBM). Selain itu, pemahaman filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba atau mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan maslaha-maslah pendidikan.
Sidi Gazalba (1974) menyebutkan cirri filsafat adalah
1.      Filsafat berciri radikal karena hal yang dibicarakan diupayakan tuntas ke akar permasalahan sampai kepada hakikatnya.
2.      Filsafat berciri sistematis , artinya berpikir secara logis selangkah demi selangkah dan menunjukan hubungan utuh dan saling berkaitan satu sama lain.
3.      Filsafat berciri universal, artinya filsafat memandang persoalan secara umum, menyeluruh, dan tidak terikat ruang dan waktu.
Robert W. Pazmino mendefinisikan pendidikan Kristen sebagai usaha sengaja dan sistematis, ditopang oleh upaya rohanai bdan manusiawi untuk mentrasnsmisikan pengetahuan, nilai. Sikap, keterampilan, dan tingkah laku yang mengupayakan perubahan, pembaruan, dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok bahkan struktur oleh kuasa Roh Kudus sehingga peserta didik hidup sesuai kehendak Allah sebagaimana dinyatakan Alkitab, terutama dalam Yesus Kristus.

BAB 4
FILSAFAT KRISTEN MENGENAI METODE PENDIDIKAN
Metode adalah sarana untuk mecapai tujuan. Tujuan pendidikan Kristen adalah karakter yang menyamai Kristus. Ada dua pendekatana untuk pendidikan Kristen mencapai tujuan yaitu pendekatan metode ethical (etika) dan metode intelektual. metode ethical menuntut disiplin moral untuk mencapai tujuan dan metode intelektual menuntut pengetahuan kebenaran injil untuk mencapai tujuan. Pada umumnya, pendidik memakai pendekatan metode intelektual. Tujuan metodologi Kristen adalahnmengarahkan pelajaran pada realisasi dan pengalaman karakter yang menyamai Kristus dan penyataan Allah. Maksud pendidikan Kristen adalah melihat Allah terungkap dalam kehidupan orang percaya.
Pandangan Kristen mengenai metode didasarkan atas interprestasi supernatural. Segala metode harus berpusat pada Allah, Pencipta dan sumber segala kebenaran. Penyataan Allah adalah benar, baik itu melalui penyataan umum (alam) maupun khusus (Alkitab). Allah secara langsung dihubungkan dengan mata kuliah karena melaluinya, Allah diungkapkan. Pelajar harus mengungkapkan Allah dalam hidup, pengalaman, dan tingkah lakunya.
Inspirasi dan petunjukan dalam penggunaan metode dalam pendidikan Kristen etelah diberikan Yesus Kristus. Tuhan Yesus menggunakan, metode objektif, analytical-synthetic, induktif-deduktif, saran, Socratic dan disiplin. Metode-metode lain yang sekarang dipergunakan diberbagai sekolah Kristen adalah: menghafal, mengulangi, diskusi, ceramah/kuliah, proyek, drama, menceritakan, dan audiovisual.
II.  KELEMAHAN DAN KELEBIHAN BUKU
a.      Kelemahan
- Dari segi penempatan poin-poin kecil maupun poin-poin besar tidak teratur
- Kertas yang digunakan untuk menulis kurang bagus
- Daftar isinya kurang lengkap
     b. Kelebihan
     - Sampul dari buku ini bagus dan menarik banyak orang untuk membelinya
     - Dari segi isinya dari buku ini terutama bahasa-bahasa sederhana dan dapat
        dimengerti oleh pembaca.
III.   Hal-Hal Yang Menarik
1.      Filsafat bermanfaat dalam kehidupan karena:
a.       Sebagai dasar dalam bertindak
b.      Dasar dalam mengambil keputusan
c.       Mengurangi salah paham
d.      Bersiap menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2.       Metode-metode dapat digunakan disekolah-sekolah Kristen, seperti menghafal, mengulangi, diskusi, ceramah/ kuliah, drama, dan menceritakan.
3.      Ada hubungan kuat antara perilaku guru dengan keyakinannya, diantaranya:
a.       Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran. Sebagai guru memandang pengajaran sebagai sains, aktivitas kompleks. Sedangkan sebagai pembelajaran guru menekankan pengalaman kognisi siswa, dan yang lainnya menekankan perilaku siswa.
b.      Keyakinan mengenai siswa akan berpengaruh besar pada cara guru mengajar. Seperti keyakinan guru terhadap siswa didasari pada pengalaman kehidupan unik guru.
c.       Keyakinan mengenai pengetahuan. Dengan filsafat pendidikan, guru dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak dalam potongan-potongan kecil subjek atau fakta terpisah.
d.      Keyakinan mengenai hal yang perlu diketahui. Guru menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, di mana hal ini berhubungan dalam keyakinan yang harus diajarkan kepada siswa.

IV.   Aplikasi Tiga Atau Empat Hal atau Yang Menarik Dalam Pelayanan
Dalam pelayanan hal-hal yang perlu diaplikasikan bagaimana supaya metode-medote itu dapat kita lakukan dengan baik kepada anak-anak sekolah minggu maupun pemuda dan remaja. Agar supaya kita memiliki keyakinan yang kokoh kita harus mendahulukan Tuhan dari segala pikiran atau pengetahuan manusia.

ANALISIS FILM LASKAR PELANGI



Nama                           : Marlince Blegur
Semester                      : VII (Tujuh)
Mata Kuliah                : Kode Etik Profesi Keguruan
Dosen                          : Esterina A. Juniva, S.Th
Judul Film                   : Laskar Pelangi
Durasi                          : 125 menit
Sutradara                     : Riri Riza
Produser                      : Mira Lesmana

Cerita di film diawali dengan Ikal besar berkunjung ke kampung halamannya di Belitung, narasi ikal kemudian mengantar kita ke kenangan masa kecilnya, jauh ketika pertama kalinya ikal masuk sekolah SD Muhammadiyah dengan memakai sepatu lungsuran kakaknya yang berwarna pink-centil. Di awal film penonton sudah disodori dengan kegelisahan mengenai apakah anak-anak Belitung ini bisa sekolah, jumlah mereka masih 9 orang, padahal dibutuhkan 10 untuk bisa membuka sekolah tersebut di tahun ajaran itu. Lalu dengan begitu dramatis, datanglah Harun, siswa terakhir SD Muhammadiyah Belitung, sang siswa penentu yang digambarkan berlari-lari ke sekolah melintasi padang rumput dengan kaos kaki panjangnya yang berwarna merah, diiringi dengan teriakan sang Ibu yang mengejar di belakangnya, dan Ibu Mus, Guru SD Muhammadiyah  itu kemudian tersenyum lega.
Film ini memang tidak hanya berkualitas dari sisi perfilman dan hiburan, tetapi juga dari sisi pesan yang hendak disampaikannya. Pesan moralnya begitu kuat. Paling tidak ada tiga hal besar pesan pentingnya: Optimisme, semangat belajar, dan semangat mengejar cita-cita.
PESAN PENDIDIKAN
Meski demikian, para pendidiknya (Pak Harfan dan Bu Muslmah) berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan eksistensi sekolahnya. Mereka beranggapan bahwa sekolah tersebut adalah warisan luhur yang harus dilestarikan dan dikembangkan, karena sekolah ini adalah satu-satunya (di tanah Belitung) yang mengajarkan antara ilmu dan agama. Dan SD tersebut ternyata mempunyai para siswa yang penuh bakat misalnya, Lintang yang cerdas dalam matematika, dan Mahar yang pintar dalam hal seni. Keduanya mengharumkan sekolah mereka saat ada perlombaan antar sekolah SD. Hanya saja kemudian kecerdasan mereka tak bisa tersalurkan akibat himpitan hidup yang memaksa mereka untuk bekerja membantu perekonomian keluarganya.
Guru Sebagai Motivator
Tokoh Pak Harfan dan Bu Muslimah sebagai guru begitu strategis dalam film Laskar Pelangi. Keduanya menjadi inspirasi para siswanya untuk terus bersemangat dalam belajar. Kata-kata mutiara yang sering diucapkan Pak Harfan terhadap anak-anaknya adalah ‘hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya’ menjadi ruh para siswa untuk optimis mengarungi hidupnya. Pak Harfan memberi siswanya pelajaran tentang keteguhan pendirian, ketekunan, dan keinginan kuat untuk mencapai cita-cita. Dia meyakinkan mereka bahwa hidup bisa demikian bahagia jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk sesama. Tak jauh berbeda juga dengan peran Bu Muslimah. Dia menjadi figur ‘ibu’ di sekolah, yang selalu mengayomi para Laskar Pelangi (panggilan untuk kesepuluh siswanya itu).
Dari film tersebut melalui tokoh kedua pendidik itu tersirat bahwa sebagai guru tidak hanya sekadar mentransfer keilmuanan yang terdapat dalam buku-buku, melainkan juga membantu para siswanya untuk menjadi dirinya sendiri sesuai dengan bakat dan minatnya. Tidak berhenti di situ saja, seorang guru pun harus menjadi motivator para siswanya, agar para siswa bersemangat dalam belajar, mengejar cita-cita, dan berbuat baik, serta rendah hati. Dus, saya tekankan sekali lagi bahwa kedua pendidik tersebut, yaitu Pak Harfan dan Bu Mus, bukan sekadar mengajari para siswanya tentang materi pelajaran yang didapat dari buku-buku kurikulum, tapi juga mengajarkan budi pekerti dan memberi tauladan yang baik dari kehidupan nyata.
Begitulah idealnya seorang pendidik atas anak didiknya. Kehidupan yang didapat dari teori-teori pengetahuan dan kehidupan konkrit yang didapat dari kenyataan hidup harus secara beriringan pada saat ditransfer kepada para siswanya. Maka, dengan kata lain bahwa pendidikan sejatinya menghilangkan jarak antara alam materi dan alam konkrit, antara dunia teori dengan dunia nyata. Dengan begitu, diharapkan peserta didik mempunyai visi ke depan, sehingga ia dapat merencanakan hidupnya di masa depan.
Pelajar Sejati
Anggota Laskar Pelangi adalah para pelajar sejati. Betapa tidak, mereka tetap bertahan untuk melangsungkan pembelajaran di sekolah yang sesungguhnya tak layak untuk ditempati. Mereka benar-benar teruji sebagai pelajar sejati, lantaran tak kalah dengan keadaan. Maka cita rasa pendidikannya pun akan lain dengan keadaan sekolah yang serba mewah. Kearifan hidup tak terasa di sekolah yang serba memanjakan siswanya. Inilah sesungguhnya yang telah hilang dari dunia pendidikan kita baik tingkat Taman Kanak-Kanak maupun Perguruan Tinggi.
Harus diakui bahwa dunia pendidikan saat ini telah kehilangan makna dan karakternya. Dasar dan falsafah pendidikannya pun hampir tak tersentuh sama sekali. Pendidikan kita saat ini sangat berorientasi pada materialisme, rasionalisme, kapitalisme, dan standarisme (nasional maupun internasional). Para pendidik seperti Pak Harfan dan Bu Muslimah sangat jarang kita temui saat ini. Guru-guru kita telah terjebak pada rutinitas belaka sebagai “guru”, yang hanya menjalankan kewajibannya dan memikirkan pendapatannya saja. Mereka telah kehilangan ruh sebagai pendidik yang sejatinya harus memberi suri tauladan hidup bagi peserta didiknya.
Efek dari seorang pendidik yang memfungsikan dirinya sebagai suri tauladan akan sangat berpengaruh terhadap peserta didiknya. Hal itu bisa kita lihat pada tokoh Pak Harfan dan Bu Muslimah yang memberikan suri tauladan kepada Laskar Pelangi. Pak Harfan sering memberikan kisah-kisah inspiratif dan dorongan positif kepada Lintang dan kawan-kawannya itu, dan Bu Muslimah selalu memperhatikan mereka dengan sepenuh hati yang dilandasi kasih dan sayang. Efeknya adalah mereka tetap semangat belajar walau sekolah mereka minim fasilitas. Mereka juga semangat menjalankan hidupnya, lantaran terlecut kisah-kisah dan motivasi yang diberikan kedua pendidik mereka, Pak Harfan dan Bu Muslimah.
Laskar Pelangi adalah para pelajar sejati yang tak terkalahkan oleh keadaan yang serba minim. Keadaan yang serba kekurangan tidak menghalangi mereka untuk selalu belajar. Mereka tidak saja belajar dalam kelas tetapi juga belajar dari alam yang mengajarkan mereka untuk berbagi kepada sesama